Jumat, 28 Juni 2013
Hari
pun sudah semakin larut. Kami pun akhirnya pulang untuk berganti baju. Aku
memakai dress berwarna biru gelap. Sudah lama aku tidak memakai dress
kesukaanku ini. Aku segera memakai parfum bungaku dan segera turun ke bawah
karena Eomma sudah memanggil.
Walaupun restoran itu dekat dengan stasiun, tetapi
kualitas restoran itu terbilang cukup bagus. Kami memesan yakiniku. Kami makan
dengan lahap sekali.
Tiba-tiba Handphone Eomma berbunyi. “Moshi moshi?
(Hallo?) ... Ah, sekarang? Aku tidak bisa ... Masalahnya sepenting apa sih? ...
Yasudah, tunggu saya” Eomma pun segera menutup teleponnya. “Pa, di Kantor ada
rapat mendadak.” “Apa? Semalam ini?” Appa terkejut. “Tidak tahu, tapi katanya
ini sangat penting.” “Apa Eomma perlu diantar?” Tawar Appa. “Tidak usah. Aku ke
Stasiun dulu. Dah, Ai” Eomma mencium pipiku.
Tidak lama kemudian, Handphone Appa berbunyi. “Moshi
moshi? ... Ah, saya sedang sibuk. Apakah sepenting itu? ... Baik, baik. Saya ke
sana segera” Appa pun menutup telepon. “Aku ada rapat juga. Kalian pulang
sendiri. Young, ini kunci mobil Appa. Kamu yang mengantar adik-adikmu pulang
ya.” Appa menyerahkan kuncinya ke Young-oppa.
“Lo, aku kehabisan niku ! (daging)” Seru Dae-oppa.
“Hyung, bagi niku dong.” Dae-oppa melihat daging Young-oppa yang menumpuk.
“Yada ! (Tidak mau)” Young-oppa menjauhkan piringnya dari jangkauan Dae-oppa. ”Apakah
kau masih marah karena aku mendapatkan ikan yang lebih besar darimu?” Tanya
Dae-oppa. “Tidak, aku masih marah karena kau mendapatkan sandwhich yang lebih
besar dariku.” “Ayolah, hyung. Aku kan sudah bekerja keras membantu
membersihkan mobil Appa.” Dae-oppa membela dirinya sendiri.
“Sebenarnya, aku sudah tahu kalo
akhinya pasti begini.” Tiba-tiba Young-oppa berkata begitu saat kami dalam
perjalanan pulang. “Seperti apa, oppa?” Tanyaku penasaran. “Yah, seperti ini.
Appa dan Eomma pasti meninggalkan kita pada saat kita mulai bersenang-senang.”
Jawab Young-oppa. “Padahal aku sudah menyewa beberapa film agar kita bisa
nonton bareng.” Dae-oppa rupanya juga kecewa. “Yasudah, bagaimana kalau kita
liat sendiri saja? Aku akan menyiapkan popcornnya?” Ideku yang disambut oleh
anggukan setuju oleh kakak-kakakku.
*
Gara-gara keasyikan liat film bersama kakak-kakakku,
akhirnya aku tidur larut malam dan bangun agak terlambat besoknya. Yah,
setidaknya ini sudah liburan musim panas bukan? Tapi, tunggu. Hey, bukankah aku
dan teman-temanku mengajakku jalan-jalan pada hari ini?
Dengan keadaan mata masih sipit akibat baru bangun tidur,
cepat-cepat aku membuka handphoneku. Masih belum ada SMS, untung saja. Tetapi
beberapa menit kemudian, nada dering SMSku pun berbunyi.
Dari : Hikaru
Untuk : Ai
Subject : Hang Out
Ai, kamu mau ikut kita jalan-jalan
tidak? Kwon dan Yi sudah aku tanya, dan mereka bisa. Yui tidak bisa karena ada
acara keluarga. Kalau kamu jadi, datanglah ke stasiun pukul 10 tepat.
Seketika aku melihat jam. Pukul 9 lebih 15. Aku pun
bergegas turun untuk segera mandi.
Jam 10 kurang 5, aku sudah siap
dengan t-shirt dan rok pendekku. “Oppa, aku mau pergi dulu ya. Ittekimasu (Aku
pergi)” Aku meminta ijin pada kakak-kakakku. Tidak ada jawaban. Aku segera
mengecek kamar tidur mereka. “Mattaku (Ya ampun), mereka masih tidur -_-“
Batinku. Akhirnya aku segera memakai sendalku dan berangkat.
*
“Hey, minna ! (Hei, semua!)” Sapaku ketika aku melihat
yang lain sudah berkumpul. “Aku lama tidak? Gomenne (Maaf)” Aku minta maaf.
“Ah, tidak. Kau tidak begitu lama kok.” Jawab Kwon sambil tersenyum. “Ah,
sudahlah, ayo cepat berangkat” Ajak Hikaru sambil menjitak kepala Kwon.
Pertama kami mengunjungi pusat perbelanjaan yang menurut
kami harganya bersahabat di kantong kami. Aku dan Yi membeli beberapa baju,
sementara Kwon dan Hikaru membeli sweater.
Kami pun akhirnya ke Game Center. Tapi tiba-tiba aku
teringat sesuatu. “Eh, Hikaru. Aku pergi bentar ya.” Ijinku. Hikaru hanya
mengangguk. Aku pun segera pergi.
“Hei, chotto matte! (Tunggu sebentar)” Yi mengejarku.
“Kenapa?” Tanyaku. “Kau mau kemana?” Tanyanya. “Oh, kau belum tahu?” Tanyaku
lagi. “Tentang apa? Beritahu aku dong.” Yi pun penasaran. “Yasudah, nanti aku
beritahu. Tapi temani aku beli jam tangan dulu ya.”
“Sebenarnya seminggu lagi Hikaru mau
pindah ke Amerika. Jadi aku ingin membelikan jam tangan sebagai
kenang-kenangan.” Ceritaku. “Oh, aku mengerti. Aku juga ingin membelikannya
sesuatu. Temani aku ya?” Ajak Yi. Aku pun hanya mengangguk tanda setuju.
“Sayang sekali Yui tidak bisa hadir. Padahal dia dan Hikaru kan cukup dekat.”
Yi menambahkan. Akhirnya Yi pun membelikan Hikaru sebuah Headphone.
*
Setelah puas berbelanja di pusat perbelanjaan, kami pun
mampir sebentar di taman favorit kami Taman ini sebenarnya sederhana, hanya
sebuah padang rumput yang terbilang cukup luas. Kami menemukan padang rumput
ini sekitar 2 bulan yang lalu. Setiap kami kesini entah kenapa kami merasa
tenang.
“Jadi begini teman-teman, sebenarnya seminggu lagi aku
akan pindah ke Amerika. Tapi aku tidak berani mengatakan padamu, Kwon. Aku
takut kamu tidak punya teman saat aku tidak ada. Tapi sekarang aku bahagia
karena kamu akhirnya bisa berbaur.” Ujar Hikaru sambil mengelus kepala Kwon.
Kwon dan Hikaru memang seperti saudara. “Sebenarnya aku sudah tahu, dari mamamu
hahahaha. Maka dari itu aku berusaha membaur dengan teman-teman yang lain. Ini,
sederhana sih. Semoga kamu suka.” Kwon memberikan sebuah bingkisan. Hikaru
segera membuka bingkisan tersebut, isinya 2 buah handband. “Wah, ini bagus
sekali. Akan aku pakai setiap hari.” Hikaru pun segera memakainya. “Ini dari
kami juga.” Aku dan Yi memberikan
bingkisan kami. “Wah, terima kasih semuanya. Aku jadi tidak ingin pindah nih.”
Hikaru terharu. Kami pun bersenang-senang.
Keesokan Harinya
“Ini buat kamu.”
Hikaru memberikan sebatang coklat ke Yui. “Gomennasai (Maafkan Aku), aku tidak
bisa hadir. Ai memberitahuku kalau kamu mau pindah ke Amerika. Maafkan aku.
Ini.” Yui memberikan Hikaru sebuah MP3. “Wah, rupanya kau dan Ri (Di Jepang
tidak ada pengucapan “L”) sudah janjian ya? Kemarin Ri sudah memberikan
headphonennya hahaha.” Canda Hikaru. Seketika muka Yui memerah. “Ini coklat
buatmu, soalnya kamu tidak ikut kami bersenang-senang dengan kami sih.” Yi
tiba-tiba berdiri di sebelah Hikaru tersenyum ke Yui. Yui yang sudah salting
segera menerima coklat dari Hikaru. “Arigatou, Hikaru. (Terima Kasih, Hikaru.)”
Seminggu Kemudian
“Yiiiiiii, ayo
cepeeeeet. Nanti keburu Hikaru berangkat looo!” Seperti biasa, aku berteriak di
depan rumah keluarga Lee. Kepala Yi menyembul dari jendela atas. “Tunggu
sebentar, celana jeansku hilang nih !” Yi berteriak dari atas. “Iya, aku bisa
menunggumu. Tapi Hikaru tidak akan menunggumu, Yi. Pakailah celana yang lain
saja!” Balasku. Tak berapa lama kemudian Yi datang dengan memakai celana jeans
pendek selutut. “Katanya terserah.” Jawabnya polos ketika kutanyai kenapa pakai
celana itu.
Saat tiba di bandara, ternyata kami
sedikit terlambat. Kwon dan Yui sudah berkumpul di sana. Hikaru pun sudah di
sana denga berpakaian rapi. “Oh, rupanya kalian. Kenapa kalian terlambat
sekali?” Kwon memarahi kami, Hikaru dan Yui hanya tertawa. “Gara-gara Yi nih,
lama banget -_-“ Aku menunjuk Yi. “Hii... Salahkan celana jeansku, kenapa pakai
menghilang segala.” Yi tidak mau kalah. “Sudahlah. Yi, jaga mereka bertiga ya?”
Hikaru menepuk pundak Yi. Yi hanya mengacungkan jempol. “Dan Ai, my really best
friend. Tetep buat Kwon dan Yui menjadi lebih supel lagi ya?” Hikaru memelukku.
“Serahkan saja padaku.” Hikaru segera melepas pelukannya. “Sebaiknya kita tidak
berpelukan, nanti ada yang cemburu lo.” Hikaru melirik Kwon. Seketika Kwon
melotot. “Oh ya, Kwon. Jangan lupa menguta...” Belum sempat Hikaru
menyelesaikan kalimatnya, mulutnya sudah disumpal oleh Kwon. “Sudah ah, byee~
Musim panas tahun depan aku pasti kesini lagi!” Hikaru masuk ke pintu bandara
menyusul orang tuanya yang sudah menunggu.
Bersambung
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar