Senin, 01 Juli 2013
Ai’s
POV
Setelah selesai meminum habis limun kami, aku mengajak
Kwon untuk mencari Yi dan Yui. Kami pun berdiri untuk memulai pencarian Yi dan
Yui.
“Kwon, aku capek nih. Mana Yi dan Yui nggak ketemu-ketemu
lagi!” Aku ngos-ngosan. “Apa kamu mau istirahat di sini? Biar aku yang mencari
mereka. Nanti kalau sudah ketemu aku menjemputmu.” Kwon menyuruhku istirahat.
“Begini saja, biar lebih cepat bagaimana kalau kita berpencar saja? Mungkin
dengan cara itu kita lebih cepat menemukan mereka?” Cetusku. “TIDAK!” Kwon
menolak dan dia berteriak. Spontan saja aku kaget. “Ma ... Maafkan aku, Ai. Aku
hanya tidak mau kehilangan kau, maksudku ... Kalau nanti kita menghilang
bagaimana?” Kwon tampak gugup. Seketika aku pun berpikir. “Hmm... Benar juga.
Yasudah, ayo kita mencari mereka berdua bersama-sama!” Aku tersenyum dan
langsung menggamit Tangan Kwon.
Ai’s POV End
*
Kwon’s
POV
“Kwon, aku capek nih. Mana Yi dan Yui nggak ketemu-ketemu
lagi!” Ai membungkukkan badannya sambil ngos-ngosan. Aku tidak tega melihatnya.
“Apa kamu mau istirahat di sini? Biar aku yang mencari mereka. Nanti kalau
sudah ketemu aku menjemputmu.” Aku menyuruhnya istirahat. Tega banget sih Lee ngumpet
sampai Ai dibikin capek. “Begini saja, biar lebih cepat bagaimana kalau kita
berpencar saja? Mungkin dengan cara itu kita lebih cepat menemukan mereka?” Ai
memberikan sebuah ide. “TIDAK!” Spontan saja aku berteriak, entah kenapa aku
melakukan ini. Dan benar saja, Ai tampak kelihatan kaget. “Ma ... Maafkan aku,
Ai. Aku hanya tidak mau kehilangan kau, maksudku ... Kalau nanti kita
menghilang bagaimana?” Duh, kenapa aku jadi gugup gini? “Hmm... Benar juga.
Yasudah, ayo kita mencari mereka berdua bersama-sama!” Dia tersenyum dan segera
menggamit lenganku.
What? Apa aku sedang bermimpi? Dia, Ai, sedang menggamit
lenganku! Tanganku serasa dipegang oleh seorang bidadari! “Kwon, kenapa
tanganmu dingin?” Tanya Ai. “Eeee... Iie, nandemonai. (Tidak, tidak apa-apa)”
Jawabku gugup. “Eh, aku menemukan mereka!” Serunya sambil menunjuk 2 orang yang
sedang berada di bawah pohon. “Ayo kita mengintip!” Seru Ai sambil menarikku ke
bawah pohon.
“Ehm.. Yui. Sebenarnya saat kita bertemu, aku sudah suka
sama kamu. Jadi, maukah kamu menjadi pacarku?” Lee tampak malu. Yui pun
mengangguk pelan. “Iya, sebenarnya aku juga suka sama kamu, bahkan aku
mengagumi panda eyesmu.” Pipi Yui bersemu merah, tak lama mereka pun tertawa
sambil bergandengan tangan. Seketika aku melihat Ai yang sedang mengintip di
bawah kepalaku. Coba aku bisa seberani Lee ...
Kwon’s POV END
*
Ai’s
POV
Saat aku menggamit tangan Kwon, entah kenapa tangan Kwon
terasa dingin sekali, padahal aku merasa kepanasan. Aku pun bertanya “Kwon,
kenapa tanganmu dingin?” Kwon pun kelihatan gugup “Iie, nandemonai.” Kenapa
sekarang Kwon jadi sering gugup ya? Ah, mungkin perasaanku saja.
Saat itu juga aku melihat pohon yang dulu menjadi saksi
bisu saat aku pertama kali berbincang-bincang dengan cowok tertutup tersebut,
dan aku melihat 2 sosok laki-laki dan perempuan. Aku rasa mereka Yi dan Yui.
“Eh, aku menemukan mereka!” Seruku sambil menunjuk mereka. “Ayo kita
mengintip!” Aku pun menarik Kwon menuju bawah pohon tersebut.
“Ehm.. Yui. Sebenarnya saat kita
bertemu, aku sudah suka sama kamu. Jadi, maukah kamu menjadi pacarku?” Lee
tampak malu. Yui pun mengangguk pelan. “Iya, sebenarnya aku juga suka sama
kamu, bahkan aku mengagumi panda eyesmu.” Pipi Yui bersemu merah, tak lama
mereka pun tertawa sambil bergandengan tangan. Seketika aku kembali memikirkan
cinta pertamaku yang tertutup itu. Andai kisah cintaku seperti mereka ...
*
“Hei, kemana saja kalian? Kami sudah pusing mencari
kalian tahu!” Protes Yi saat kami berjalan menemui mereka. “Kalian yang kemana
saja?” Kwon pun juga ikut mengamuk. “Sudah, sudah!” Aku melerai mereka yang
hampir bertengkar. “Yang penting sekarang sudah berkumpul lagi. Ayo pulang,
sudah hampir larut malam nih.” Akhirnya kami pun berjalan menuju rumah
masing-masing. “Oh ya Yi, Yui. Jangan lupa traktirannya ya~” Aku menggoda
mereka berdua. “Hah, jadi kamu sengaja mengintip kami ya?”
“Tadaima~” Aku segera melepas sandal
kayuku dan menaruhnya di rak. “Ah, ini dia!” Seru Dae-oppa. “Ada apa, oppa?”
Aku penasaran. “Sini, ikut ke ruang keluarga. Aku dan hyung ingin menunjukkanmu
sesuatu~” Dae-oppa menarikku. Aku pun terkejut saat kami sampai di ruang
keluarga. “Dara-unnie, Minji-unnie?” Aku terkejut. “Bagaimana? Terkejut?
Hahaha, mukamu sangat lucu sekali.” Dae-oppa menertawaiku. “Aku menceritakan
tentang dirimu di Dara, seketika saja dia ingin melihatmu langsung.” Young-oppa
menjelaskan. “Namaku Ai.” Aku menunduk pada Dara-unnie. “Tidak usah terlalu
resmi. Oh ya, kita sama-sama dari Korea juga kok.” Dara-unnie mengelus
kepalaku. Ahh... Rasanya sangat nyaman sekali. “Oh ya, wajah Minji-unnie sangat
mirip dengan Dae-oppa. Mungkin kalian jodoh~” Entah kenapa aku mengatakan apa
yang ada di pikiranku. Minji-unnie tampak tersipu “Arigatou (Makasih), Ai.”
“Sudah kubilang kan kalau Ai suka ngomong ceplas-ceplos?” Dae-oppa mencubit
pipiku, mungkin dia malu juga. Semuanya pun tertawa. “Aduh, sakit tau, oppa!”
Bersambung
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar