Minggu, 30 Juni 2013

The Day We Met part VI

“Ah, sekolah musim panas itu meyebalkan!” Sebalku. Aku, Yui, Yi dan Kwon sedang berada di taman favorit kami ketika kami dalam perjalanan pulang. “Ngomong-ngomong liburan kalian apa?” Tanya Yi tiba-tiba. “Mungkin aku ke rumah kakekku di Kyoto. Tapi mungkin tidak ikut. Aku masih sibuk dengan lesku.” Jawab Yui. “Kalo Lee?” Tanya Yui. “Oh, aku tidak kemana-mana. Orangtuaku sibuk, dan oneesan tidak bisa diandalkan.” Yi menundukkan mukanya. “Tenang saja, ada aku kok!” Aku memukul punggung Yi. “Lo, Ai tidak kemana-mana?” Tanya Kwon. Aku hanya mengangguk. “Begini, di dekat rumahku sebentar lagi diadakan festival musim panas. Mungkin Ai ... Eh, maksudku semuanya bisa ikut bersamaku.” Kwon menunduk, kelihatan dia malu. “Kalau Yui ikut, aku juga ikut!” Seru Yi. “Baiklah, aku ikut saja.” Yui menambahkan.
“Aku akan menembak Yui di festival itu, Ai! Aku jadi tidak sabar nih!” Yi berseru saat kami dalam perjalanan pulang. “Ya, tapi sikapmu tadi agak berani juga, mengatakan ‘kalau Yui ikut, aku juga ikut’” Aku tertawa. “Yah, kalau tidak begitu mungkin Yui tidak ikut, aku jadi sia-sia kalau misalnya aku jadi datang ke festival.”
“Tadaima~” Aku segera melepas sepatuku dan kaos kakiku. “Ah, Okaeri, Ai.” Dari dapur, Young-oppa menjawab. “Tumben sekali Young-oppa pulang cepat?” Aku mengintip dapur sambil tersenyum. “Yah, hari ini kegiatan sekolah tidak terlalu sibuk. Jadi aku bisa membuatkan kalian makan siang.” Seru Young-oppa. “Mau aku bantu?” Tawarku. “Tidak usah, bilang saja ke Dae apakah dia setuju kita makan udon (mi) saja.” Aku segera mengacungkan jempol tanda mengiyakan.
Aku segera menuju kamar Dae-oppa yang terletak di sebelah kamarku. “Dae-oppa. Aku boleh masuk?” Aku mengetuk kamar Dae-oppa. “Oh, dozo (silahkan)” Kata Dae-oppa dari dalam. Aku pun masuk dan melihat Dae-oppa sedang bermain game. “Itu game apa, oppa?” Tanyaku. “Oh, ini Call of Duty. Keren deh.” Dae-oppa menjawab tak acuh. “Oh iya, kata Young-oppa tidak apa-apa makan siangnya Cuma udon saja?” Tanyaku sambil melihat kakak keduaku bermain gamenya. “Tidak apa-apa asal enak.” Jawabnya dengan tak acuh. “Oke kak, aku ke bawah dulu ya. Makanan sudah hampir siap lo.”
“Dae, makanan sudah siap loo.” Teriak Young-oppa agar terdengar dari atas. Tak lama kemudian, Dae-oppa turun. “Haii (Iya), aku sudah hampir mati kelaparan ini!”
“Owh yha, swebwentwar lwagwi adwa fwestwivwal dwi dweswanywa Kwon” Mulutku masih penuh dengan udon. “Ai, setidaknya telan dulu udonnya baru ngomong. Tidak baik ngomong sambil makan.” Young-oppa mengingatkanku. Aku pun segera menelan udon yang ada di mulutku. “Sebentar lagi ada festival di desanya Kwon” Aku membenarkan ucapanku tadi. “Kwon? Oh, anak pendek yang pernah main ke sini? Kelihatannya dia suka kamu lo hahaha” Canda Dae-oppa. “Ini serius, oppaaaa” Aku cemberut. “Festival ya? Mungkin aku bisa mengajak Dara, eh” Young-oppa segera menutup mulutnya. “Siapa kak? Dara senpai?” Aku menggoda Young-oppa, Young-oppa tampak malu. “Dae, kau juga akan mengajak Minzy?” Ceplos Young-oppa. “Hyung! Ai belum tahu!” Dae-oppa berusaha menutup mulut Young-oppa, tapi terlambat. “Lo, Dae-oppa sudah sama Minji senpai? Aku jomblo sendiri dong?” Aku semakin cemberut, kakak-kakakku tertawa melihat tingkahku.
*
            Hari yang kutunggu-tunggu pun tiba. Hari ini adalah festival musim panas di desanya Kwon. Eomma pun tidak lembur, jadi aku bisa minta beliau untuk mengikat obi (sabuk pada yukata / kimono) pada yukata biru langitku yang sudah aku beli bersama Eomma sebelumnya. “Lo, oppa tidak pakai yukata?” Tanyaku. “Tidak, begini lebih nyaman.” Dae-oppa memang tidak suka pakaian resmi. Sekarang saja dia hanya memakai kemeja merah kotak-kotak dan celana jeans biru tua. “Yasudah, aku berangkat dulu. Ittekimasu.”
            “Yi, kamu memakai yukata!” Aku terkejut saat melihat Yi memakai yukata. “Hehe, iya. Tiba-tiba saja Appaku memberikan ini padaku.” Yi terlihat sangat gembira. “Ayo, berangkat bersama.
            Kwon dan Yui sudah menunggu di depan pintu masuk festival. Mereka juga memakai yukata “Hey, minna!” Aku melambaikan tangan. Kwon tersenyum dan melambaikan tangannya padaku.
            “Ehm, Yui. Bolehkah aku pergi bersamamu.” Yi tampak malu-malu ketika mengajak Yui. “Ehm, boleh.” Yui tampak malu-malu juga. Akhirnya mereka pun meninggalkan kami berdua. “Jadi...” Kwon memecah keheningan antara kami berdua. “Jadi... Kamu mau pergi bersamamu juga?” “Iya, tentu”
            Kami pun pergi bersenang-senang. Mulai dari menangkap ikan emas, bermain tembak hadiah, membeli takoyaki (sejenis kue berbentuk bulat yang berisi daging gurita), membeli okonomiyaki (sejenis pizza jepang), dan tidak lupa limun. “Wah, menyenangkan ya.” Kami pun makan takoyaki bersama, Kwon tampak tersenyum.
*
Kwon POV
            Yi dan Yui akhirnya pergi bersama. “Jadi ...” Aku memecah keheningan. “Maukah kau pergi bersamaku?” Tanyaku malu-malu. Ingin rasanya aku menarik kata-kataku kembali. “Iya, tentu.”
            Hey, namaku Kwon Ji Young. Keluargaku berasal dari Korea, tapi aku lahir dan besar di Jepang. Saat menjadi siswa SD dan SMP aku memang pendiam, keluargaku yang terbilang cukup kaya memang agak anti-sosial dengan tetangga kami. Jadi saat aku berada di tempat umum aku hanya bisa diam.
            Tapi semua berubah saat aku bertemu dengan anak bernama Ryuzaki Hikaru. Saat kami kelas 2 SMP secara tidak sengaja aku sebangku dengan dia. “Hai, namaku Ryuzaki Hikaru. Kamu?” “Aku... Aku Kyon Jiyoun” Memang, namaku terasa aneh jika ditulis menggunaka bahasa Jepang. “Oh, kau berasal dari Korea? Aku mengagumi kota itu.” Rupanya Ryuzaki-san membuatku agar aku nyaman bersamanya, tapi aku hanya bisa tersenyum memaksa. “Wah, kelihatannya kau tidak banyak bicara ya?” Ryuzaki tampak heran. “Padahal rupamu sudah tampan, dan kau kelihatan kawaii (lucu, manis, imut). Ryuzaki mencubit pipiku. “Itta ! (Aduh, sakit)” Aku meringis.
            Semenjak saat itu, aku pun jadi sering mengekor Hikaru, bahkan saat Hikaru berlatih basket. Ya, dia memang mengikuti klub bola basket, menurutku dia terbilang cukup bagus saat bermain basket, bahkan sepertinya dia mempunyai fans club sendiri. Memang sih, kulit Hikaru yang agak coklat terbakar sinar matahari memang mempesona, ditambah dengan senyumnya yang menawan tidak heran banyak perempuan di sekolah ini yang ingin menjadi kekasihnya. Sementara aku, hanya cowok putih pucat dan pendek yang dianggap seperti adiknya sendiri. Mungkin banyak sekali perempuan yang ingin menempati posisiku ini.
            “Nee, Kyon” Panggil Hikaru saat aku sedang melamun. “Doushita? (Ada apa?)” Tanyaku. “Saat lulus SMP, kau ingin melanjutkan ke sekolah mana?” “Hmm... Wakaranai (Tidak tahu). Bagaimana denganmu?” Tanyaku balik. “Bagaimana kau ikut denganku mendaftar di SMA Toriya? SMA itu bagus kok, tetapi lokasinya agak jauh sih dari rumahku dan rumahmu.” “Tapi kau mendaftar di sana kan? Kalau begitu aku akan ikut denganmu.” Walau bagaimanapun, aku tidak ingin kehilangan sahabat pertamaku. Hikaru pun tersenyum dan kami pun melakukan salam rahasia kami.
            Kami pun akhirnya diterima di SMA Toriya, SMA dambaan Hikaru. “Rupanya Hikaru terlambat. Salahnya sendiri mendambakan SMA yang jauh dari rumahnya.” Batinku. Karena Hikaru terlalu lama, akhirnya aku memasuki sekolah ini tanpa Hikaru.
            Kelas 1-C, dan bersama Hikaru. Yes! Untung saja tuhan tidak memisahkan aku dari Hikaru ini. Aku pun segera menuju kelas 1-C tersebut.
            “Sumimasen...” Aku melihat seseorang perempuan manis sedang berbincang dengan cowok tampan. Pacarnyakah? “Bolehkah aku duduk di sini?” Tanyaku. Gadis ini tersenyum “Dozo.”. Ah, aku tidak akan melupakan senyum dari gadis manis berambut hitam sepundak ini. “Oh ya, perkenalkan namaku Ai. Kamu?” Dia mengulurkan tangannya. Aku menyambut uluran tangannya. “Aku Kwon Ji Young” Ups, gara-gara grogi aku menyebutkan namaku dalam bahasa Korea! “Oh, kau berasal dari Korea, kebetulan aku dan Yi berasal dari Korea juga!” Dia tampak sangat gembira.
            Akhirnya Hikaru pun datang. “Oh, Hikaru. Sini!” Aku melambaikan tanganku agar Hikaru tahu. “Oh hai, namaku Ai, kamu?” “Oh, namaku Ryuzaki Hikaru.” Hikaru memperlihatkan senyum mautnya. Dia pun segera duduk di sebelahku.
            Di saat kami berada di kelas, kami melakukan hal-hal yang lucu. Entah kenapa aku mulai menyukai teman-temanku, terutama seorang anak perempuan yang bernama Ai itu. Matanya yang agak sipit diam-diam menyembunyikan mata coklatnya yang benar-benar berwarna seperti permen coklat, pipinya yang chubby, dan rambut bergelombang hitamnya yang sepundak itu, membuatku tersenyum-senyum sendiri saat dalam perjalanan pulang.
            “Hey, apa kau masih waras?” Tiba-tiba ada suara yang membuyarkan lamunanku, dan suara itu berasal dari pita suara Hikaru. Oh, aku terlalu banyak melamun sehingga aku tidak menyadari bahwa aku telah berada di dalam rumah Hikaru. “Sebenarnya apa yang sedang kau pikirkan sehingga seluruh ceritaku hanya kau abaikan saja?” Hikaru penasaran. Kurasa ... Aku telah jatuh cinta pada Ai ...”
Kwon POV End

Bersambung

Pemberitahuan

Maaf, tapi untuk perhatian di part II dan III ada sedikit perubahan. Terima kasih telah menyimak ceritaku ini. Arigatou Gozaimasu~~~

Jumat, 28 Juni 2013

The Day We Met part V

Hari pun sudah semakin larut. Kami pun akhirnya pulang untuk berganti baju. Aku memakai dress berwarna biru gelap. Sudah lama aku tidak memakai dress kesukaanku ini. Aku segera memakai parfum bungaku dan segera turun ke bawah karena Eomma sudah memanggil.
            Walaupun restoran itu dekat dengan stasiun, tetapi kualitas restoran itu terbilang cukup bagus. Kami memesan yakiniku. Kami makan dengan lahap sekali.
            Tiba-tiba Handphone Eomma berbunyi. “Moshi moshi? (Hallo?) ... Ah, sekarang? Aku tidak bisa ... Masalahnya sepenting apa sih? ... Yasudah, tunggu saya” Eomma pun segera menutup teleponnya. “Pa, di Kantor ada rapat mendadak.” “Apa? Semalam ini?” Appa terkejut. “Tidak tahu, tapi katanya ini sangat penting.” “Apa Eomma perlu diantar?” Tawar Appa. “Tidak usah. Aku ke Stasiun dulu. Dah, Ai” Eomma mencium pipiku.
            Tidak lama kemudian, Handphone Appa berbunyi. “Moshi moshi? ... Ah, saya sedang sibuk. Apakah sepenting itu? ... Baik, baik. Saya ke sana segera” Appa pun menutup telepon. “Aku ada rapat juga. Kalian pulang sendiri. Young, ini kunci mobil Appa. Kamu yang mengantar adik-adikmu pulang ya.” Appa menyerahkan kuncinya ke Young-oppa.
            “Lo, aku kehabisan niku ! (daging)” Seru Dae-oppa. “Hyung, bagi niku dong.” Dae-oppa melihat daging Young-oppa yang menumpuk. “Yada ! (Tidak mau)” Young-oppa menjauhkan piringnya dari jangkauan Dae-oppa. ”Apakah kau masih marah karena aku mendapatkan ikan yang lebih besar darimu?” Tanya Dae-oppa. “Tidak, aku masih marah karena kau mendapatkan sandwhich yang lebih besar dariku.” “Ayolah, hyung. Aku kan sudah bekerja keras membantu membersihkan mobil Appa.” Dae-oppa membela dirinya sendiri.
            “Sebenarnya, aku sudah tahu kalo akhinya pasti begini.” Tiba-tiba Young-oppa berkata begitu saat kami dalam perjalanan pulang. “Seperti apa, oppa?” Tanyaku penasaran. “Yah, seperti ini. Appa dan Eomma pasti meninggalkan kita pada saat kita mulai bersenang-senang.” Jawab Young-oppa. “Padahal aku sudah menyewa beberapa film agar kita bisa nonton bareng.” Dae-oppa rupanya juga kecewa. “Yasudah, bagaimana kalau kita liat sendiri saja? Aku akan menyiapkan popcornnya?” Ideku yang disambut oleh anggukan setuju oleh kakak-kakakku.
*
            Gara-gara keasyikan liat film bersama kakak-kakakku, akhirnya aku tidur larut malam dan bangun agak terlambat besoknya. Yah, setidaknya ini sudah liburan musim panas bukan? Tapi, tunggu. Hey, bukankah aku dan teman-temanku mengajakku jalan-jalan pada hari ini?
            Dengan keadaan mata masih sipit akibat baru bangun tidur, cepat-cepat aku membuka handphoneku. Masih belum ada SMS, untung saja. Tetapi beberapa menit kemudian, nada dering SMSku pun berbunyi.

Dari : Hikaru

Untuk : Ai

Subject : Hang Out

Ai, kamu mau ikut kita jalan-jalan tidak? Kwon dan Yi sudah aku tanya, dan mereka bisa. Yui tidak bisa karena ada acara keluarga. Kalau kamu jadi, datanglah ke stasiun pukul 10 tepat.


            Seketika aku melihat jam. Pukul 9 lebih 15. Aku pun bergegas turun untuk segera mandi.
            Jam 10 kurang 5, aku sudah siap dengan t-shirt dan rok pendekku. “Oppa, aku mau pergi dulu ya. Ittekimasu (Aku pergi)” Aku meminta ijin pada kakak-kakakku. Tidak ada jawaban. Aku segera mengecek kamar tidur mereka. “Mattaku (Ya ampun), mereka masih tidur -_-“ Batinku. Akhirnya aku segera memakai sendalku dan berangkat.
*
            “Hey, minna ! (Hei, semua!)” Sapaku ketika aku melihat yang lain sudah berkumpul. “Aku lama tidak? Gomenne (Maaf)” Aku minta maaf. “Ah, tidak. Kau tidak begitu lama kok.” Jawab Kwon sambil tersenyum. “Ah, sudahlah, ayo cepat berangkat” Ajak Hikaru sambil menjitak kepala Kwon.
            Pertama kami mengunjungi pusat perbelanjaan yang menurut kami harganya bersahabat di kantong kami. Aku dan Yi membeli beberapa baju, sementara Kwon dan Hikaru membeli sweater.
            Kami pun akhirnya ke Game Center. Tapi tiba-tiba aku teringat sesuatu. “Eh, Hikaru. Aku pergi bentar ya.” Ijinku. Hikaru hanya mengangguk. Aku pun segera pergi.
            “Hei, chotto matte! (Tunggu sebentar)” Yi mengejarku. “Kenapa?” Tanyaku. “Kau mau kemana?” Tanyanya. “Oh, kau belum tahu?” Tanyaku lagi. “Tentang apa? Beritahu aku dong.” Yi pun penasaran. “Yasudah, nanti aku beritahu. Tapi temani aku beli jam tangan dulu ya.”
            “Sebenarnya seminggu lagi Hikaru mau pindah ke Amerika. Jadi aku ingin membelikan jam tangan sebagai kenang-kenangan.” Ceritaku. “Oh, aku mengerti. Aku juga ingin membelikannya sesuatu. Temani aku ya?” Ajak Yi. Aku pun hanya mengangguk tanda setuju. “Sayang sekali Yui tidak bisa hadir. Padahal dia dan Hikaru kan cukup dekat.” Yi menambahkan. Akhirnya Yi pun membelikan Hikaru sebuah Headphone.
*
            Setelah puas berbelanja di pusat perbelanjaan, kami pun mampir sebentar di taman favorit kami Taman ini sebenarnya sederhana, hanya sebuah padang rumput yang terbilang cukup luas. Kami menemukan padang rumput ini sekitar 2 bulan yang lalu. Setiap kami kesini entah kenapa kami merasa tenang.
            “Jadi begini teman-teman, sebenarnya seminggu lagi aku akan pindah ke Amerika. Tapi aku tidak berani mengatakan padamu, Kwon. Aku takut kamu tidak punya teman saat aku tidak ada. Tapi sekarang aku bahagia karena kamu akhirnya bisa berbaur.” Ujar Hikaru sambil mengelus kepala Kwon. Kwon dan Hikaru memang seperti saudara. “Sebenarnya aku sudah tahu, dari mamamu hahahaha. Maka dari itu aku berusaha membaur dengan teman-teman yang lain. Ini, sederhana sih. Semoga kamu suka.” Kwon memberikan sebuah bingkisan. Hikaru segera membuka bingkisan tersebut, isinya 2 buah handband. “Wah, ini bagus sekali. Akan aku pakai setiap hari.” Hikaru pun segera memakainya. “Ini dari kami juga.”  Aku dan Yi memberikan bingkisan kami. “Wah, terima kasih semuanya. Aku jadi tidak ingin pindah nih.” Hikaru terharu. Kami pun bersenang-senang.
            Keesokan Harinya
            “Ini buat kamu.” Hikaru memberikan sebatang coklat ke Yui. “Gomennasai (Maafkan Aku), aku tidak bisa hadir. Ai memberitahuku kalau kamu mau pindah ke Amerika. Maafkan aku. Ini.” Yui memberikan Hikaru sebuah MP3. “Wah, rupanya kau dan Ri (Di Jepang tidak ada pengucapan “L”) sudah janjian ya? Kemarin Ri sudah memberikan headphonennya hahaha.” Canda Hikaru. Seketika muka Yui memerah. “Ini coklat buatmu, soalnya kamu tidak ikut kami bersenang-senang dengan kami sih.” Yi tiba-tiba berdiri di sebelah Hikaru tersenyum ke Yui. Yui yang sudah salting segera menerima coklat dari Hikaru. “Arigatou, Hikaru. (Terima Kasih, Hikaru.)”
            Seminggu Kemudian
            “Yiiiiiii, ayo cepeeeeet. Nanti keburu Hikaru berangkat looo!” Seperti biasa, aku berteriak di depan rumah keluarga Lee. Kepala Yi menyembul dari jendela atas. “Tunggu sebentar, celana jeansku hilang nih !” Yi berteriak dari atas. “Iya, aku bisa menunggumu. Tapi Hikaru tidak akan menunggumu, Yi. Pakailah celana yang lain saja!” Balasku. Tak berapa lama kemudian Yi datang dengan memakai celana jeans pendek selutut. “Katanya terserah.” Jawabnya polos ketika kutanyai kenapa pakai celana itu.

            Saat tiba di bandara, ternyata kami sedikit terlambat. Kwon dan Yui sudah berkumpul di sana. Hikaru pun sudah di sana denga berpakaian rapi. “Oh, rupanya kalian. Kenapa kalian terlambat sekali?” Kwon memarahi kami, Hikaru dan Yui hanya tertawa. “Gara-gara Yi nih, lama banget -_-“ Aku menunjuk Yi. “Hii... Salahkan celana jeansku, kenapa pakai menghilang segala.” Yi tidak mau kalah. “Sudahlah. Yi, jaga mereka bertiga ya?” Hikaru menepuk pundak Yi. Yi hanya mengacungkan jempol. “Dan Ai, my really best friend. Tetep buat Kwon dan Yui menjadi lebih supel lagi ya?” Hikaru memelukku. “Serahkan saja padaku.” Hikaru segera melepas pelukannya. “Sebaiknya kita tidak berpelukan, nanti ada yang cemburu lo.” Hikaru melirik Kwon. Seketika Kwon melotot. “Oh ya, Kwon. Jangan lupa menguta...” Belum sempat Hikaru menyelesaikan kalimatnya, mulutnya sudah disumpal oleh Kwon. “Sudah ah, byee~ Musim panas tahun depan aku pasti kesini lagi!” Hikaru masuk ke pintu bandara menyusul orang tuanya yang sudah menunggu.

Bersambung

Kamis, 27 Juni 2013

The Day We Met part IV

“Ai, kenapa dari tadi melamun?” Yi membuyarkan lamunanku. “Ah, gomen (maaf). Aku jadi ingat musim panas 2 tahun yang lalu hehehe” Aku tersipu malu. “Jangan flashback dong. Kamu bahkan tidak mengetahui nama dari cowok yang kamu sukai. Dasar.” Yi hanya tertawa.
            Aku sedang menonton TV bersama Dae-oppa ketika Handphoneku berbunyi. Dari Hikaru.

Dari : Hikaru

Untuk : Ai

Subject : Rencana musim panas

Ai, jangan bilang Kwon ya. Sebenarnya musim panas ini aku akan pindah rumah. Aku akan pindah ke Amerika Serikat dengan orangtuaku. Orangtuaku harus dipindah tugaskan disana. Aku takut Kwon jadi seperti dulu, yang tidak bisa berbaur lagi.


            Aku segera membalas SMS tersebut

Dari : Ai

Untuk : Hikaru

Subject : Re : (Rencana musim panas)

Kamu jangan main rahasia-rahasiaan dong dengan Kwon. Kau tahu kan wajahnya tadi saat kau menggodanya? Mungkin sebaiknya kau menjauhinya sedikit demi sedikit agar dia bisa berbaur. Lalu setelah dia bisa berbaur kau katakan sebenarnya. Itu sih saranku.


            Aku segera mengirim pesan itu. Tak beberapa lama kemudian

Dari : Hikaru

Untuk : Ai

Subject : Re : (Re : (Rencana musim panas))

Sepertinya kamu benar. Ternyata memang benar jika aku curhat kepadamu. Okay, aku akan melakukannya besok. Bye ~


            Aku pun menutup Handphoneku dan kembali menyimak TV.
            “Tadaima~” Tiba-tiba datang 2 orang ke rumahku. “Ayah! Ibu! Okaeri! Tumben kalian datang lebih cepat daripada biasanya!” Aku tersenyum gembira. “Iya, hari ini kan Hari Jum’at. Jadi kami bisa pulang lebih cepat.” Ibu mengecup pipiku. “Oh iya, karena Young sudah bekerja keras, bagaimana besok kalau kita jalan-jalan? Sudah lama kita tidak hang out bareng” Ujar ayah. “Ide yang bagus yah. Bagaimana kalau kita makan di restoran baru itu, lagipula kata teman-temanku makanannya tidak terlalu buruk kok.” Kata Dae-oppa. “Hmm... Ide bagus. Tapi bagaimana kalau sebelumnya kita piknik dulu? Kebetulan Eomma habis dapat resep kue baru nih.” Eomma menambahkan. “Oh, kalau begitu aku juga ingin bantu dong.” Young-oppa menawarkan bantuan pada Eomma. “Ai, juga mau bantu!” Aku pun menambahkan.
            Hari sudah semakin malam, aku dan seluruh anggota keluargaku mulai beranjak ke kamar tidur. Aku segera menyikat gigiku dan bersiap untuk belajar sebentar. Tiba-tiba hapeku berbunyi.

Dari : Hikaru

Untuk : Ai

Subject : Hang Out

Hey Ai, maaf ganggu. Tapi bisakah kau dan Yi bisa ikut kami piknik besok? Sekalian pesta perpisahan dariku. Kau lihat sendiri kan kalau Jiyoung sudah bisa berbaur? Balas secepatnya yaaa

           
            Aku pun membalas

Dari : Ai

Untuk : Hikaru

Subject : Re : (Hang out)

Maaf sekali Hikaru, tapi aku tidak bisa ikut besok. Keluargaku mengadakan piknik. Kalau besok Minggu mungkin aku bisa. Sekali lagi aku minta maaf ><


            Aku menunggu balasan SMS Hikaru, dan ternyata dia tidak menjawab. “Ah, sudahlah, mungkin dia sudah tidur.” Batinku. Aku pun menarik selimutku dan terlelap.
            “Rise and Shine, My Dear~” Ibuku membangunkanku sambil membuka jendelaku. Mataku menyipit terkena sinar matahari. “Ayo ayo cepat bangun. Nanti bantu ibu menyiapkan bekal piknik kita” Ibu tersenyum kepadaku. Entah kenapa tiba-tiba kantukku hilang dan akhirnya aku segera pergi ke bawah untu bersiap-siap.
            Setelah membantu ibu dan Young-oppa menyiapkan bekal, aku segera berganti baju. Baju ini sudah aku siapkan dari kemarin. Kemeja putih polos dengan rok pendek jeans warna biru tua. Tidak lupa juga dengan topi musim panasku. Aku pun mengganti baju tidurku dengan pakaian anggun itu. Tidak lupa juga aku memasukkan kemejaku di dalam rokku. Aku juga mengambil tas kecil untuk memasukkan baang-barang pribadiku.
            “Baiklah, aku sudah siap~” Aku segera turun. Ternyata seluruh keluargaku sudah siap dengan baju liburan mereka. Papa memakai T-Shirt putih dengan celana jeans yang telah dipotong hingga paha. Ibu memakai blouse sepaha berwarna putih dengan sabuk berwarna hitam. Young-oppa memakai kemeja putih dan celana jeans panjang, sementara Dae-oppa memakai T-shirt berwana putih dan celana pendek hitam. “Yah, kurasa semua sudah siap.” Papa tersenyum. “Ya, dan aku juga sudah membantu papa membersihkan mobil. Jadi bukan kalian saja yang bekerja hahaha” Dae-oppa tertawa. Memang sih, aku pikir Dae-oppa tidak ikut membantu mama menyiapkan bekal.
            Kami memilih rekreasi di tempat pemancingan milik papa. Sebenarnya papa punya tempat pemancingan, namun karena papa sibuk, tempat pemancingan ini dikelola oleh teman papa dan dijadikan tempat pemancingan umum. Tapi khusus hari ini tempat ini ditutup karena kami menyewanya.
            “Pa, lihat! Aku dapat ikan besar !” Seru Dae-oppa. “Wah, iya besar!” Papa memperhatikan ikan hasil tangkapan Dae-oppa. Papa pun melepaskan kail dari mulut ikan dan melepasnya lagi. Kami tidak berniat untuk memakannya karena malam nanti kami akan mencoba restoran baru yang diceritakan oleh Dae-oppa.
            “Wah, Dae curang ! Ikan yang besar, sementara aku hanya kedapatan ikan kecil” Young-oppa nampaknya kesal melihat adik laki-lakinya selalu mendapat ikan besar sementara dia hanya kedapatan ikan kecil. Aku hanya bisa tertawa.
            Setelah kami bersenang-senang, ibu pun memanggil kami untuk makan snack yang sudah disediakan dari rumah. Setelah kami cuci tangan, kami pun menikmati sandwhich bikinanku, ibu, dan Young-oppa. “Itadakimasu~! (Selamat Makan!)”
            Selesai makan, tiba-tiba aku mendapat pesan

Dari : Hikaru

Untuk : Ai

Subject : Re : (Re : Hang Out)


Gomen (Maaf), baru bisa balas sekarang. Oke, besok Minggu kita bertemu di stasiun ya :D Selamat bersenang-senang ~


Bersambung ...

Selasa, 25 Juni 2013

The Day We Met Part III

Kami sudah hampir mendekati liburan musim panas. “Yi, Kwon, Hikaru, Yui. Kalian punya kegiatan saat musim panas nanti?” Aku menghampiri sahabat-sahabatku saat guru sejarah baru saja keluar. “Kami sama sekali tidak punya acara. Bagaimana denganmu, Ai?” Tanya Kwon. Oh ya, sekarang Kwon sudah bisa bergaul dengan teman-teman lain, meskipun setiap dia berbicara kepalanya selalu tertunduk. “Oh, tidak. Aku punya acara sendiri saat musim panas nanti.” Hikaru menyela. “Acara apa?” Aku penasaran. “Oh, rahasia. Bahkan Kwon tidak mengetahuinya” Jawab Hikaru sambil melirik Kwon. “Eh... Jadi sekarang kamu suka main rahasia ya? Bukankah dulu kita pernah berjanji bahwa tidak ada rahasia diantara kita.” Ujar Kwon cemberut. “Tenang saja, Ai. Nanti aku beritahu deh” Hikaru mengedipkan mata kepadaku. Aku hanya tertawa, tetapi Kwon masih saja cemberut.
            Saat perjalanan pulang, Yi hanya membicarakan tentang Yui. Yui yang manis, Yui yang sekarang lebih murah senyum, hingga Yui yang unggul dalam hal olahraga. “Eh, Ai. Bagaimana kalau setelah festival musim panas aku akan menembak Yui? Seperti kejadianmu dulu itu lo” Yi tersenyum gembira. Dan entah kenapa tiba-tiba kejadian musim panas 2 tahun yang lalu terulang lagi...
            Saat itu aku kelas 2 SMP, aku mempunyai perasaan kepada anak kelas sebelah kelasku. Aku sangat mengagumi anak ini, tetapi aku tidak mengetahui nama cowok mempesona ini. Yang aku tahu hanyalah dia siswa tertutup dan sangat tidak aktif di kelasnya.
Musim panas pun akhirnya tiba. Kebetulan saat itu ada festival musim panas di desaku. Aku, Yi, dan teman-teman SMPku yang lain bersenang-senang di sana. Tiba-tiba saja aku melihat seorang cowok yang menurutku tidak asing lagi. Ah, cowok tertutup itu... Cowok tertutup yang mempesona, cowok tertutup yang aku sukai...
            Aku masih ingat pada saat itu dia memakai T-Shirt warna abu-abu dengan dalaman berwarna hitam. Dia juga mengenakan celana jeans hitamnya. Rambutnya yang di atur dengan gel tampak mempesona, matanya yang tajam, bibirnya yang tipis, serta pipinya yang tirus, ah... Aku seperti melihat dewa saja.
            Spontan saja aku memberitahu Yi. “Yi, itu dia cowok yang aku sukai.” “Jadi, kamu benar-benar ingin menyatakan perasaanmu sekarang? Kamu kan belum persiapan, bahkan kamu belum tahu namanya!” Yi pun terkejut. “Habis di sekolah dia susah untuk ditemui sih. Ini adalah kesempatan yang bagus.” Aku pun bersemangat. Yi hanya mendesah dan mengijinkanku untuk menyatakan perasaanku.
            “Hai” Aku mencoba menyapanya. Kebetulan dia hanya diam sambil menjilat es krimnya di bawah pohon yang cukup rindang. Dia hanya melihatku. “Kenapa kamu berdiam di bawah pohon ini? Di sini kan gelap” Aku memulai percakapan. “Apakah aku mengenalmu?” Katanya dingin. “Oh, maafkan aku. Aku Ai. Letak kelasku sebelahan dengan letak kelasmu.” Aku menjawab dengan gugup. Entah kenapa dia tiba-tiba tertawa. “Hahaha... Tentu saja aku tahu namamu, Ai. Aku hanya bercanda saja.” Dia tersenyum padaku. Seketika hatiku meleleh. “Kau tahu namaku dari mana?” Tanyaku. “Kan aku memperhatikanmu setiap hari. , bukan. Kau kan populer, mana mungkin aku tidak mengenalmu. Eh, aku mau pulang dulu. Sampai jumpa” Dia kelihatan gugup. Ah sudahlah, tapi... Hey, aku belum menyatakan perasaanku !
            Akhirnya aku pun menceritakan pengalamanku pada Yi. Yi hanya tertawa. “Kasihan Ai, mau menyatakan perasaan, tapi udah keburu pergi.” Dia tertawa terpingkal-pingkal dan aku hanya cemberut. Oke, pada saat hari kelulusan tahun depan aku akan menyatakan perasaanku !
            Hari yang kutunggu pun tiba. Sebelum upacara berlangsung, aku melihat cowok tertutup itu di bawah pohon Sakura. Hingga kami meninggalkan sekolah ini aku masih saja belum mengetahui nama dari cowok tertutup itu. Aku segera menghampiri cowok itu.
            “Oh, Hai Ai” Dia menoleh padaku, aku hanya bisa tersenyum simpul. “Kenapa sih, kamu suka banget termenung di pohon?” Tanyaku penasaran. “Aku sendiri tidak tahu, aku hanya merasa tenang ketika aku berada di bawah pohon.” Dia termenung. Aku mengeluarkan sesuatu dari kantongku, sebuah kancing dari seragam SMPku.
            Di Jepang, ada sebuah tradisi tentang kancing seragam. Saat lulus sekolah, si cewek akan memberikan kancing seragamnya pada cowok yang disukainya. Jika cowok itu menerima kancing itu, berarti cinta dari cewek itu terbalaskan.
            “Ano, ini.” Aku memberikan kancing seragamku pada cowok itu. Dia tampak kebingungan. “Kau menyukaiku? Tidak kusangka cewek populer sepertimu menyukaiku.” Dia hanya tertawa sinis. “Kalau tidak mau juga tidak apa-apa kok” Aku bersiap untuk menaruh kancing itu di sakuku ketika sesuatu menghentikan tanganku. Tangan cowok itu menghentikan tanganku dan dia mengambil kancingku. “Aku sebenarnya mengagumimu, tapi aku tidak bisa bersamamu. Setelah ini aku akan pindah ke Seoul. Jadi, aku akan mengambil ini dan memberikanmu ini.” Dia melepas salah satu kancing seragamnya. Lalu dia pergi meninggalkanku. “Mana... Mana ada tradisi seperti itu !!!” Jeritku dalam hati. Dan tiba-tiba saja air mataku meleleh.

            Saat upacara pun aku hanya bisa termenung. “Ai, kenapa kau termenung? Kau tidak apa-apa?” Tanya Yi khawatir. “Aku... Aku tidak apa-apa kok” Aku berusaha untuk tersenyum.

Bersambung ...

Senin, 24 Juni 2013

The Day We Met part II

Setelah upacara siswa baru, aku melihat dimana kelasku. Ternyata aku kelas 1-C, sekelas dengan Yi. Aku pun mengambil tempat duduk pojok belakang dengan Yi. Entah kenapa kalau aku duduk di depan aku agak tidak fokus untuk menerima pelajaran, begitu juga dengan Yi.
            “Sumimasen (permisi), bolehkah aku duduk sebelah sini?” Tiba-tiba anak cowok berperawakan kecil itu menunjuk bangku di depanku. “Dozo (silahkan)” Aku mempersilahkan. “Oh ya, perkenalkan namaku Ai. Kamu?” “Aku Kwon Ji Young” Anak itu memperkenalkan dirinya dengan malu-malu” “Apakah kau berasal dari Korea?” Tanyaku. Kwon hanya mengangguk. “Wah, kebetulan sekali. Aku dan Yi lahir di sana” Ucapku gembira.
            Tiba-tiba ada anak laki-laki yang 2 kali lebih besar dari Kwon memasuki kelas kami. “Oh, Hikaru. Sini!” Kwon memanggil laki-laki itu. “Oh, hai. Namaku Ai” Aku memperkenalkan diriku. Ternyata anak ini memiliki paras tampan juga. “Oh, namaku Ryuzaki Hikaru. Salam kenal” Hikaru memperkenalkan diri. Aku pun pergi untuk memperkenalkan diriku di antara teman-temanku yang lain.
            Pelajaran pun mulai. Aku mulai mengeluarkan buku catatanku. “Wah, Ai-chan keren ya. Baru juga sekolah mulai, sudah punya teman banyak.” Hikaru memujiku. “Ah tidak juga. Aku suka saja memperkenalkan diriku ke teman-teman” Aku tersipu malu. “Tuh, dengerin tuh, Jiyoung. Kamu harus seperti Ai yang supel.” Hikaru menggoda Kwon. “Kwon memang pemalu, jadi sejak SMP temannya sangat sedikit hahahaha” Hikaru tertawa keras yang disambut dengan amukan Tobuka sensei.
                Setelah pelajaran Tobuka sensei adalah fisika. Tetapi guru fisika kami tidak hadir. Akhirnya kami menggunakan jam kosong ini untuk saling mengakrabkan diri.
            Aku sedang berbincang-bincang dengan Haru-san ketika aku melihat cewek dengan rambut pendek sebahu termenung sendiri. Aku segera memperkenalkan diriku. “Namaku Ai, kamu?” “Aku... Namaku.... Yui” Dia tampak malu-malu. “Yui, kenapa kamu malah duduk di sini sendirian? Cobalah untuk berbincang-bincang dengan teman sekelasmu.” “Aku... malu karena aku tidak punya teman dari SMPku dulu” Dia menundukkan kepalanya. “Aku akan membuatmu memiliki teman, tenang saja” Aku segera menarik tangan Yui dan memperkenalkan dia pada Haru-chan dan yang lainnya. Yui pun dapat berbaur dengan yang lain walaupun setiap kami berkumpul dia harus kutemani.
            Jam istirahat makan siang. Aku segera membuka bento (bekal makan siang) yang disiapkan ibuku sebelum dia pergi berangkat kerja. “Wah, bento Ai terlihat enak” Kwon melihat bentoku. “Terima kasih, Kwon. Kau boleh mencicipi kalau kamu mau” Aku menawari Kwon, tetapi Kwon menolak dengan halus. “Oh ya, karena kami semua berasal dari Korea, bagaimana kalau kita mengobrol dengan bahasa Korea?” Yi mencoba untuk menjahili Hikaru. Yi memang selalu jahil. “Yah, aku kan tidak mengerti apa-apa tentang bahasa kalian. Jangan begitu dong, kalian semua!” Hikaru tampak cemberut, sementara kami tertawa terpingkal-pingkal.
“Eeto... Boleh aku bergabung dengan kalian?” Yui datang dengan membawa bentonya. “Oh, silahkan.” Aku menggeser tempat dudukku agar Yui bisa duduk di sebelahku. “Hai, namaku Lee Seung Hyun” Yi mengulurkan tangannya di hadapan Yui. Yui hanya tersenyum. “Namaku Yui” Jawabnya dengan lembut. Kami pun melanjutkan makan siang kami.
Bel pulang sekolah pun berbunyi. Aku mengobrol dengan Haru dan Yui sebentar, lalu menyusul Yi yang telah menungguku di depan gerbang sekolah. Eh, aku agak tidak paham dengan pelajaran matematika tadi. Udah gitu diberi PR juga.” Yi mengeluh. “Yah, nanti kalau bisa aku akan mengajarimu. Bagaimana kalau kamu belajar di rumahku saja? Nanti aku juga minta kue bikinanmu juga ya?” “Oh ya, Yui itu manis juga ya? Sayang dia pemalu” Tiba-tiba muka Yi jadi serius. “Muka kamu terlalu serius ah. Siapa sih cewek yang nggak pernah kamu puji manis? Dasar”
“Tadaima~ (Aku pulang)” “Oh, Okaeri (Selamat datang kembali)” Dae oppa yang menjawab. “Lo, Young-oppa mana? Kok tumben belum pulang?” Tanyaku. “Young-hyung pasti banyak urusan. Habisnya dia suka sekali cari kesibukan” Jawab Dae-oppa sambil menonton televisi. “Acara apa sih, kok serius amat?” Tanyaku sambil duduk di sebelah Dae-oppa. “Ano, aku tidak begitu memahami film ini, tetapi cewek-cewek disini cantik semua” Ujar Dae-oppa sambil tersenyum. “Ih, Dae-oppa hentai (mesum)!” Aku memukuli Dae-oppa dengan bantalku, Dae-oppa hanya tertawa.
Bel berbunyi. Aku segera membuka pintu. “Hai, Yi. Silahkan masuk.” Aku mempersilahkan Yi masuk. “Permisi. Ah, Dae-hyung. Aku punya game baru lo. Baru saja download, seru sekali!” Yi dan Dae-oppa memang dekat gara-gara mereka berdua sama-sama Gamers. “Sudah Yi, katanya kamu kesini untuk belajar -_-“ Aku mengacak-acak rambut Yi. “Aduh, iya iya. Tapi kue bikinanku sudah habis, dan tidak ada masakan di rumah.” Yi mencoba untuk merapikan rambutnya kembali. “Yaudah, makan dulu, kebetulan masih ada Ebi (udang) sisa tadi pagi”
Kami pun selesai mengerjakan peer matematika. “Ahh, semua ini membuatku lelah” Yi menggerakkan lengannya. “Aku juga capek ngajari kamu” Aku pun berbaring. “Eh, sepertinya aku mulai menyukai Yui deh” Kata Yi tiba-tiba. “Suka? Kamu saja baru kenal dengan dia” Aku pun tertawa. “Iya, tapi entah kenapa aku selalu memikirkan dia. Mungkin dia suka denganku kali ya? Hahaha” Yi tertawa garing. “Dasar, kepercayaan dirimu benar-benar besar sekali”

            “Aku pulang” Young-oppa akhirnya pulang. “Oppa, kenapa kau lama sekali?” Tanyaku. “Habis, aku kan anggota OSIS, aku jadi sibuk. Eh, ada Lee juga. Hai, Lee. Bagaimana sekolahmu? Apakah Ai melakukan sesuatu yang buruk?” Young-oppa hobi banget mengkhawatirkanku dan Dae-oppa. Dia seperti memperlakukanku seperti anak umur 5 tahun yang selalu dijaga ketat, dan aku paling benci dengan sifat itu. Tapi menurut Yi itu adalah contoh kakak yang baik, karena Yi punya Unnie (kakak perempuan) yang tidak pernah peduli kepada Yi dan adik perempuannya. “Yah, sekolah kami baik-baik saja, tidak ada masalah hehehe. Oh, Ai, aku mau pulang dulu. Hari sudah mulai petang. Sampai jumpa besok” Yi pun meninggalkan rumahku. “Jadi, siapa yang disini ingin makan okonomiyaki?” Young-oppa menawari kami. Aku dan Dae-oppa langsung berteriak tanda setuju.

Bersambung ...

Minggu, 23 Juni 2013

The Day We Met part 1

Halo teman-teman. Ini adalah FF tentang BigBang. Ini juga pertama kali aku bikin FF. So, enjoy ~

10 Tahun Sebelumnya
            “Eomma (ibu), kenapa sih kita harus pindah ke Tokyo? Kita kan bisa tinggal di Seoul” Ujarku cemberut. Hari ini aku, Appa (ayah), Eomma, serta kedua kakakku akan memulai hari baru di Tokyo, Jepang. Kami terpaksa pindah karena Appa dan Eomma punya pekerjaan baru disini. Aku tidak tahu apa-apa kenapa pekerjaan orangtuaku dipindah, aku hanya seorang gadis berumur 6 tahun.
            “Nah, anak-anak. Ini rumah baru kalian. Eomma dan Appa sengaja mendesain rumah ini agar terlihat seperti rumah lama kita di Seoul. Mirip bukan?” Appa mengelus rambutku. Aku mengagumi rumah baruku ini. Terlihat sangat nyaman, pikirku. “Kalian boleh pergi bermain kalau kalian telah selesai merapikan barang kalian” Appa mengeluarkan kardus-kardus tempat barang-barang kami.
            Aku merapikan barang-barangku di calon kamar baruku. Dulu saat di Seoul, aku harus tidur di 1 kamar bersama kakak-kakakku. Tapi sekarang aku punya kamar sendiri yang terletak di lantai 2. Ruangan yang tidak seberapa besar dengan cat berwarna biru langit dan pink, 2 warna kesukaanku. Kurasa aku akan menyukai tempat ini. Arigatou, okaasan (terima kasih, ibu) ^^
            Dari jendela kamarku, aku melihat ada seorang anak laki-laki, mungkin seumuran denganku, sedang bermain dengan salju. Ya, hari ini adalah awal musim dingin. Aku segera turun dari tangga dan mendekati laki-laki itu. “Konnichiwa (Halo). Watashi no namae wa Ai desu. Anata wa? (Nama saya Ai, kamu?)” “Aku Lee Seung Hyun, kamu dari Korea juga kan?” Anak itu membalas salam perkenalanku dengan bahasa Korea sambil tersenyum, aku pun membalas senyumannya. “Hehehe, iya. Namaku Kang Hyun Ai, salam kenal” “Oh ya, rumahku di sebelah rumahmu lho. Jadi, mau bermain denganku tidak, Ai-chan?” “Dengan senang hati, ayo!”
            Hari ini, musim semi.                                                        
            “Yiiiiii, ayo cepat. Nanti terlambat lo ke upacaranyaa!” Aku berteriak di depan rumah Yi. Oh, maksudku di depan rumah Keluarga Lee. Aku memanggil Seunghyun dengan nama panggilan yang kubuat sendiri, Yi, karena dia selalu memiliki kantung mata, jadi mirip panda. Panda berasal dari China, dan Yi adalah nama orang China bukan? Dan dulu pada saat kita berdua masih berumur 6 tahun, aku tidak bisa menyebut nama Lee dengan baik, jadi aku memanggilnya dengan Yi “Oh, Ai. Menunggu Hyun?” Ujar kakak pertamaku, Kang Young Bae, atau biasa aku panggil dengan Young-oppa. “Iya, Yi lama nih” Ujarku sambil cemberut. “Agak cepat ya. Nanti telat lo” Tambah kakak keduaku, Kang Dae Sung, atau Dae-oppa. “Iya, tenang saja hehehe. Aku tidak akan telat pada saat hari pertamaku di SMA!”

            “Gomennasai (maaf), ban sepedaku bocor nih, jadi aku harus menggantinya dengan yang baru.” Yi baru keluar dengan sepedanya. “Sepeda baru kok  bannya udah jelek? Yaudah, ayo kita berangkat!”

Bersambung

Perkenalan dulu :D

Hai Teman-teman :D
Ini adalah blog ke..... *mikir*
Aku udah banyak banget bikin blog, salah satunya menurutku paling memalukan --
Blog ini khusus untuk cerita-ceritaku. Tapi mungkin ada buat curcol-curcol gtu deh hehehe.

Enjoy ^^

By :
Free Blog Templates